Laman

Kamis, 19 Juni 2014

Metode Penelitian

Metodologi penelitian menjelaskan prosedur, langkah-langkah, atau cara yang digunakan dalam penelitian. Mengacu dalam bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan pendekatannya ada empat macam metode penelitian, yaitu eksperimen, verifikasi, deskriptif, dan historis. 
  • Metode Eksperimen, digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak. Untuk menguji efektif atau tidak, harus digunakan variabel kontrol. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk bidang yang brsifat eksak.
  • Metode Verifikasi, digunakan untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudah ditetapkan itu tercapai atau sesuai dengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan dari penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan baru.
  • Metode Deskriptif, digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisa, dan mempresentasikannya. Metode ini dapat dilakukan melalui teknik survey, studi kasis, studi komparatif, analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.
  • Metode Historis, digunakan untuk meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau, bertujuan untuk membuat rekontruksi masa lampau dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta menyusun bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta guna memperoleh kesimpulan yang kuat.
Dalam penelitian pengembangan sistem informasi atau penelitian rekayasa perangkat lunak, terdapat beberapa model metodologi yang dapat digunakan, antara lain sebagai berikut :

Model Waterfall
Metode penelitian model waterfall merupakan model klasik yang bersifat sistematis dan beruntun dalam pengembangan perangkat lunak. Jadi jika langkah 1 belum dikerjakan maka tidak akan bisa melakukan langkah 2, 3 dan seterusnya. Atau dengan kata lain tahapan ke-3 akan bisa dilakukan jika tahap ke-1 dan tahap ke-2 sudah dilakukan. Model ini adalah model sekuensial, sehingga penyelesaian satu set kegiatan menyebabkan dimulainya aktivitas berikutnya. Disebut waterfall karena proses mengalir secara sistematis dari satu tahap ke tahap lainnya dalam mode ke bawah.

Model Waterfall
Model Waterfall
Pada dasarnya, tahapan penelitian rekayasa perangkat lunak menggunakan model waterfall ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
  1. Analisis Kebutuhan, tahap ini melibatkkan pengumpulan data kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibangun. Fase ini harus dikerjakan scara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap.
  2. Desain, tahap ini dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara lengkap. Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding.
  3. Implementasi, pada tahap ini desain program diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Program dibangunlangsung diuji baik secara unit.
  4. Verivikasi atau Pengujian, pada tahap ini, unit-unit program disatukan kemudian diuji secara keseluruhan (system testing). Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah suatu sistem sepenuhnya atau sebagian memenuhi persyaratan sistem.
  5. Maintenance, tahap ini adalah tahap akhir metodologi penelitian model waterfall. Tahap ini adalah mengoperasikan program dan melakukan pemeliharaan, seperti penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya.

Keuntungan Model Waterfall
  • Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan tertentu.
  • Document pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi  setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu.

Kekurangan Model Waterfall
  • Perubahan sulit dilakukan karena sifatnya yang kaku.
  • Karena sifat kakunya, model ini cocok ketika kebutuhan dikumpulkan secara lengkap sehingga perubahan bisa ditekan sekecil mungkin. Tapi pada kenyataannya jarang sekali konsumen/pengguna yang bisa memberikan kebutuhan secara lengkap, perubahan kebutuhan adalah sesuatu yang wajarterjadi. 
  • Waterfall pada umumnya digunakan untuk rekayasa sistem yang besar dimana proyek dikerjakan di beberapa tempat berbeda, dan dibagi menjadi beberapa bagian sub-proyek.   

Model Prototyping
Metode ini sering digunakan pada dunia riil. Karena metode ini secara keseluruhan akan mengacu kepada kepuasan user. Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem. Bisa dikatakan bahwa metode ini merupakan metode waterfall yang dilakukan secara berulang-ulang.
Model Prototyping
Tahapan-tahapan Prototyping
Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut:
  1. Pengumpulan kebutuhan, paa tahan ini pelanggan dan  pengembang bersama-sama mendefinisikan  format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
  2. Membangun prototyping, pada tahap ini membuat perancangan sementara yang berfokus
  3. pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output)
  4. Evaluasi protoptyping, evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginann pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak prototyping direvisi dengan mengulangu langkah 1, 2 , dan 3.
  5. Mengkodekan sistem, dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai
  6. Menguji sistem, setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan. 
  7. Evaluasi Sistem, pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi langkah 4 dan 5.
  8. Menggunakan sistem, perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.

Keunggulan metode Prototyping
  • Adanya komunikasi baik antara pengembang dengan pelanggan.
  • Pengembang dapat bekerja lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
  • Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem.
  • Menghemat waktu dalam pengembangannya.
  • Penerapan lebih mudah karena pemakai akan mengetahui apa yang diharapkan.

Kelemahan metode Prototyping
  • Kualitas sistem kurang baik karena hanya mengedepankan aspek kenyamanan user.
  • Pengembang kadang-kadang menggunakan implementasi yang sembarangan. Tidak mencerminkan proses perancangan yang baik.

Model Spiral
Model spiral adalah model proses perangkat lunak evolusioner yang merangkai sifat iteratif dari prototype dengan cara kontrol dan aspek sistematis model sequensial linier. Model iteratif ditandai dengan tingkah laku yang memungkinkan pengembang mengembangkan  versi perangkat lunak yang lebih lengkap secara bertahap. Proses digambarkan sebagai spiral. Setiap loop mewakili satu fase dari software process. Loop paling dalam berfokus pada kelayakan dari sistem, loop selanjutnya tentang definisi dari kebutuhan, loop berikutnya berkaitan dengan desain sistem dan seterusnya.
Model Spiral

Tahapan Model Spiral
  1. Komunikasi  pelanggan, yaitu tugas-tugas untuk membangun komunikasi antara pelanggan dan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh pelanggan.
  2. Perencanaan, yaitu tugas-tugas untuk mendefinisikan sumber daya, ketepatan waktu, dan proyek informasi lain yg berhubungan.
  3. Analisis Resiko, yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk menaksir resikomanajemen dan teknis.
  4. Perekayasaan, yaitu tugas yang dibutuhkan untuk membangun satu atau lebih representasi dari apikasi tersebut.
  5. Konstruksi dan peluncuran, yaitu tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mengkonstruksi, menguji, memasang, dan memberi pelayanan kepada pemakai.
  6. Evaluasi Pelanggan, yaitu tugas-tugas untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan.
Dari gambar tersebut, proses dimulai dari inti bergerak searah dengan jarum jam mengelilingi spiral.  Lintasan pertama putaran  menghasilkan perkembangan spesifikasi produk.  Putaran selanjutnya digunakan untuk mengembangkan sebuah prototype, dan secara progresif mengembangkan versi perangkat lunak yang lebih canggih.  Masing-masing lintasan yang melalui daerah perencanaan menghasilkan penyesuaian pada rencanan proyek. Biaya dan jadwal disesuaikan berdasarkan umpan balik yang disimpulakan dari evaluasi pelanggan. Manajer proyek akan menambah jumlah iterasi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kelebihan model Spiral :
  • Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
  • Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar
  • Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi  terhadap resiko  setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses .
  • Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam evolusi produk.
  • Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja iteratif .
  • Membutuhkan pertimbangan langsung terhadp resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.

Kelemahan model Spiral :
  • Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
  • Memerlukan  penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika  resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.


Referensi :

1 komentar: